Selasa, 13 Januari 2009

sekilah tanpa bullying

SEKOLAH TANPA BULLYING

Syahrudin Darwis

Kunci pokok pembangunan suatu bangsa dimasa mendatang termasuk Indonesia adalah pendidikan, sebab melalui pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Pendidikan adalah alat untuk memperbaiki keadaan sekarang, serta untuk mempersiapkan keadaan yang akan datang menjadi lebih baik.

Tujuan pendidikan Nasional adalah membentuk Manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang Cakap, trampil, berintegritas tinggi, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur yang dilandasi oleh Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Secara formal Pendidikan menempati posisi yang sangat strategis didalam demokrasi, tugas utama lembaga pendidikan adalah mendidik warga Negara tentang keutamaan (virtues), dan tanggung jawab sebagai anggota Masyarakat Madani (Civil society),Pendidikan dalam hal ini merupakan character formation yang berlangsung melalui proses panjang, sepanjang usia seseorang.Lembaga Pendidikan harus mencerminkan proses untuk mendidik warga negaranya untuk menuju Masyarakat sipil yang kondusif bagi berlangsungnya demokrasi.

Setiap awal tahun ajaran baru lembaga-lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia, SD-SMP-SMA-SMK-MI-Mts-MA, biasanya ada suatu acara pokok yaitu MOS atau Masa oreintasi Siswa, dimana siswa diperkenalkan dengan lingkungan Sekolahnya

Seperti acara rutin, biasanya dilakukan kegiatan-kegiatan khususnya dengan lingkungan masyarakat dimana nanti siswa baru ini bersama-sama hidup dalam lingkungan sekolah.Dalam pelaksanaannya para guru, kakak-kakak klas-nya ikut serta memberi materi dalam masa perkenalan tersebut.

Kegiatan yang pada intinya adalah masa perkenalan, seringkali menjadi acara yang sangat menakutkan, tidak jarang terjadi tindakan-tindakan yang seringkali berdampak negatif, yaitu tindakan-tindakan kekerasan, baik fisik maupun psikis, sosiologis.yang secara pengertian saat ini adalah tindakan Bullying.

Selain itu ketika berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) juga sering dijumpai tindakan-tindakan Bullying, bukan saja dilakukan oleh siswa-siswa terhadap siswa lainnya, tetapi juga dilakukan oleh guru terhadap siswa-siswanya.

Masalah bullying di Sekolah sudah lama mendapatkan perhatian serius bukan saja bagi pihak sekolah, tetapi juga dari Pemerintah.Karena dampak Bullying ini bisa membuat orang “cacat” secara psikologis dan juga bisa mempengaruhi kehidupan seseorang sampai ia menjadi dewasa dan kita menyadari betapa memprihatinkannya keadaan para siswa (juga mahasiswa) di Indonesia.

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih ‘lemah’ oleh seseorang atau sekelompok orang.

Bullying adalah suatu tindakan permusuhan yang menyakiti atau menyebabkan ketakutan melalui ancaman penyerangan dan/atau menciptakan terror.Bullying dapat merupakan tindakan yang direncanakan maupun terjadi secara spontan.

Pelaku bullying (biasa disebut Bully) bisa seseorang, bisa sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki kekuasaan (power) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya, dilain pihak korban juga mempersepsikan dirinya sebagai fihak yang lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancam oleh bully.

Bullying dapat sulit (tak kentara) ataupun mudah untuk terdeteksi, dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.

Sebagaimana yang termaktub dalam pasal 5 deklarasi HAM : Tidak seorangpun yang dapat dijadikan sasaran penyiksaan atau tindak kekejaman, perlakuan biadab atau menurunkan martabat atau penghukuman.

Bullying yang dipahami oleh masyarakat Barat adalah suatu bentuk perlakuan tindak kekejaman dan penurunan martabat manusia.

Secara teori ada tiga jenis Bullying, yaitu

· Bullying verbal ; mengolok-olok, mengejek,menghina, menakuti lewat telepon, mengancam lewat alat komunikasi elektronik, pesan-pesan tanpa nama pengirim, ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gossip, menyebarkan rumor, penghinaan ras.
· Bullying fisik ; memukul, menampar, menonjok, mendorong atau melakukan sesuatu yang menyebabkan terjatuh, menendang, mencekik, menggigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencengkeram,dan memutar lengan atau kaki, merusak pakaian dan proferti pribadi, gerakan-gerakan mengancam, membuat perkelahian, menodong dengan senjata, mecuri dsb.
· Bullying hubungan atau sosial : mencakup diantaranya, tidak diikutsertakan seseorang dari suatu kelompok, mengisolasi, mengucilkan, menyebarkan rumor atau gosif, mengatur penghinaan dari masyarakat, merusak hubungan, menghina pakaian yang dikenakan, penampilan, memandang hina, menatap dengan agresif dsb.

Pengertian Bullying

Bullying adalah suatu bentuk agresi dimana terdapat kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dan korban .Pelaku selalu lebih mempunyai kekuatan dari pada korbannya. bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal dan/atau psikologis.Bisa terjadi langsung (tatap muka) atau tidak langsung (bersembunyi dibalik orang lain).Bullying tidak langsung termasuk pengucilan dan gossip (Papler & Craig.2000)

Bullying adalah suatu bentuk interaksi sosial-tidak selalu harus dalam jangka panjang-dimana seseorang lebih dominan (pelaku bullying) menunjukan tingkah laku agresif yang bertujuan untuk, dan sesungguhnya telah, menyebabkan penderitaan kepada seseorang yang kurang dominant (korban).Tingkah laku agresif dapat merupakan bentuk penyerangan langsung atau tidak langsung secara fisik dan/atau verbal,lebih dari satu pelaku dan lebih dari satu korban terlibat dalam interaksi ini (Ross, 1996
)
Bullying terjadi ketika seseorang secara terang-terangan disakiti oleh tindakan orang lain, takut dan berulangnya tindak kekejaman tersebut, dan merasa tidak mempunyai kekuatan untuk mencegah terjadinya kekejaman tersebut. (Andrew Mellor)

Bullying terjadi ketika seseorang apabila ia diekspos secara berulang kali dan hingga melampaui batas, oleh tindakan negatif yang dilakukan oleh satu atau lebih individu lainnya (Olweus, 1986 dan l991)

Bagaimana terjadinya Bullying.

Bullying terjadi ketika seseorang secara berulangkali dengan sengaja menggunakan kekuasaannya untuk menyakiti orang lain secara fisik, emosi ataupun sosial..
Bullying akan terjadi disekolah-sekolah apabila orang dewasa
· Tidak membina hubungan saling percaya dengan siswa
· Tidak menyadari kebiasaan tingkah laku yang merupakan tindakan bullying
· Tidak menyadari luka yang disebabkan bullying
· Tidak menyadari dampak bullying yang akan merusak kegiatan belajar siswa
· Tidak ada campur tangan secara efektif

Bullying menurun Pada sekolah-sekolah yang.
· Hubungan kepercayaan siswa / guru merupakan suatu norma
· Siswa dan guru sadar akan tingkah laku yang menyebabkan bullying
· Ditanamkan budaya empati dan rasa kasih sayang di sekolah
· Perhatian langsung ditujukan pada hubungan antara iklim disekolah dan tingkat prestasi siswa
· Kebijakan dijalankan dengan semestinya dan peraturan serta konsekuensi dapat dipahami. (Amy Huneck, 2007)

Pelaku Bulying
· Kebanyakan pelaku mempunyai sikap positif terhadap tindak kekerasan
· Pelaku biasanya impulsif
· Pelaku merasa perlu untuk mendominasi orang lain
· Anak laki-laki pelaku bullying biasanya secara fisik lebih kuat daripada korban
· Anak-anak pelaku bullying biasanya popular dan “Atraktif”
· Anak perempuan pelaku bullying bersifat pemarah secara emosional maupun dalam masyarakat
· Pelaku bullying tinggal dirumah-rumah dimana pengasuhan orang tua tidak berjalan efektif
· Pelaku bullying tinggal dirumah-rumah dimana perilaku agresif dijadikan model contoh
· Pelaku mungkin pernah ditolak dalam suatu hal oleh rekan-rekannya
· Pelaku sering bersosialisasi dengan pelaku bullying lainnya
· Pelaku mempunyai harga diri yang tinggi (bertentangan dengan keyakinan sebelumnya)
· Pelaku cakap dalam membicarakan cara mereka keluar dari situasi sulit
· Semakin muda seorang anak disebut “pelaku” semakin mungkin ia akan melanjutkan tingkah laku agresifnya ketika dewasa.

Siapakah korban bullying

Korban yang pasif dan submisif
· Korban pasif adalah seorang yang pendiam
· Korban pasif adalah seorang yang sensitf dan udah menangis
· Korban pasif tidak yakin akan dirinya sendiri
· Korban pasif memiliki rasa percaya diri yang rendah
· Anak laki-laki korban bullying pasif tidak suka berkelahi (biasanya lebih lemah fisik dibanding anak laki-laki lainnya)
· Korban pasif memiliki sedikit teman
· Korban pasif kurang memiliki ketrampilan bersosialisasi.

Korban provokatif’
· Korban provokatif cepat marah
· Korban provokatif dapat dikatagorikan hiperaktif
· Korban provokatif biasanya canggung
· Korban provokatif biasanya belum matang
· Korban provokatif biasanya dianggap sebagai pribadi yang sulit
· Korban provokatif biasanya tidak disukai orang dewasa disekitarnya karena mempunyai sifat yang mengganggu
· Korban provokatif dapat melakukan bullying kesiswa yang lebih lemah
· Korban provokatif kurang memiliki ketrampilan bersosialisasi.

Baik korban pasif maupun provokatif kurang mempunyai ketrampilan interpersonal yang penting untuk membangun hubungan persahabatan yang saling menyayangi.

Dalam mengatasi masalah bullying disekolah bukanlah hal yang mudah,pendekatan yang sistemik, semua pihak yang ada disekolah harus bekerjasama; Pihak sekolah (pimpinan,Guru) pihak siswa maupun orang tua, idealnya jika pemerintah dan masyarakat luas juga mendukung penanaman nilai-nilai positif di institusi Pendidikan

Pendekatan sistemik

Sekolah haruslah bernuansa sekolah yang ramah, yang menyenangkan bagi semua pihak yang beraktivitas disana - tanpa mengurangi produktivitas akademik

Karena bullying adalah masalah nilai, jadi harus melibatkan perubahan afektif dan bukan hanya kognitif.jika terjadi perubahan afektif dan kognitif dan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan diri diharapkan guru menjadi “Model” perilaku yang positif (atau dengan perkataan lain terjadi perubahan psikomotorik) dan hendakanya diadakan bentuk-bentuk seperti lokakarya /pelatihan.

Karena masalah bullying belum populer dimasayakat Indonesia, pada awalnya hal ini harus dijelaskan secara langsung pada guru, dan guru harus berterus terang bahwa ada permasalahan bullying di Sekolah dan perlu dicari jalan keluarnya.Bagi siswa tindakan intervensi bisa dilakukan dengan mengajak mereka untuk bersama-sama mau memperkuat perilaku yang positif dan memberikan pada mereka alternative ketrampilan prilaku.Misalnya melalui pelatihan-pelatihan komunikasi, kepercayaan diri dan sebagainya.

Untuk orang tua pendekatan sebaiknya dilakukan oleh pihak sekolah melalui sosialisasi kebijakan-kebijakan yang berlaku disekolah tersebut.Peran orang tua dalam hal ini juga penting, karena siswa akhirnya mau bercerita bahwa mereka di Bully, (biasanya mereka enggan menceritakan hal ini pada orang dewasa), maka biasanya mereka lebih suka bercerita pada orang tuannya daripada guru.Jadi ketrampilan orang tua untuk dapat menjadi pendengar yang baik dalam hal ini sangat penting.

Pihak sekolah hendaknya menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua siswa, dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang memungkinkan orang tua mengembangkan ketrampilan berkomunikasi dengan anak.

Dan perlu diingat adalah tradisi memBully adalah sebuah budaya (culture) yang berbentuk nilai-nilai (Value) yang berorientasi pada kekuasaan (power).Karena nilai bukanlah sesuatu yang terbentuk dalam waktu singkat, maka intervensi untuk mengubah nilai budaya itu harus jangka panjang.

Penanganan masalah bullying, hendaknya mulai dari keluarga, lembaga pendidikan dari Taman-kanak-kanak (TK) sampai Perguruan tinggi, Pemerintah dengan kebijak-kebijakannya, Media Massa (terutama film-film hiburan yang sarat dengan modeling kekerasan), dan masyarakat luas Jika semua pihak ini mau bergandeng tangan dengan memperkuat nilai-nilai positif seperti, keramahan, respect, toleransi persahabatan dan budaya tolong menolong, akan tercipta sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi semua fihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar